Oleh Richard Ingham dan Mariette Le Roux
Serangan Badai Sandy ke
New York harus harus meningkatkan kewaspadaan kota-kota besar Asia yang
terletak di wilayah pesisir, yang lebih terbuka tapi kurang siap untuk
menghadapi ancaman tersebut.
New York memiliki tata kota, tata
pemerintahan yang baik dan perekonomian terkaya di dunia saat diterpa
badai yang terjadi sekali dalam seabad itu. Namun, hal itu tidak
dimiliki banyak kota yang berkembang di pesisir pantai mulai dari Cina
hingga Laut Arab, yang menjadi tempat jutaan orang mengadu nasib yang
lebih baik.
"Kota-kota
ini mengalami perkembangan yang sangat cepat dan mereka tidak hanya
terancam kenaikan permukaan laut, tapi juga dengan adanya badai tropis,"
kata Bob Ward, direktur kebijakan di Grantham Research Institute on
Climate Change and the Environment di London.
"Jelas tidak ada
perencanaan tata kota, dan kota-kota itu dihuni banyak warga miskin yang
tinggal di perumahan dengan kualitas yang sangat buruk dan akan menjadi
sangat rentan dan terancam."
Sebuah penelitian OECD yang
dilakukan pada 2007 mendaftar 20 kota pelabuhan, yang dari segi populasi
akan paling terkena dampak banjir di pesisir pada 2070.
Lima
belas kota terdapat di Asia, dengan delapan tempat pertama dipimpin oleh
Kolkata diikuti oleh Mumbai, Dhaka, Guangzhou, Ho Chi Minh City,
Shanghai, Bangkok dan Yangon.
Kota-kota Asia lainnya adalah
Haiphong (ke-10), Tianjin (ke-12), Khulna di Banglades (ke-13), Ningbo
di China (ke-14), Chittagong (ke-18), Tokyo (ke-19) dan Jakarta (ke-20).
Lima sisanya Miami (ke-9), Alexandria di Mesir (ke-11), Lagos (ke-15),
Abidjan di Pantai Gading (ke-16) dan New York, yang berada di urutan
ke-17.
"Kota-kota
yang memiliki perlindungan tertinggi adalah negara-negara Eropa.
Tempat-tempat seperti Belanda sudah benar-benar memiliki standar
pertahanan (banjir) yang tinggi, sedangkan beberapa kota di Amerika,
pertahanan mereka tidak begitu tinggi," kata Susan Hanson, ahli rekayasa
pesisir di Tyndall Centre for Climate Change Research yang ikut menulis
laporan tersebut.
Gabungan beberapa faktor membuat kota-kota besar itu sangat rentan, katanya.
Salah
satunya adalah kenaikan rata-rata permukaan air laut, yang menurut
model penelitian akan menjadi sekitar 50 cm (20 inci) pada 2070, saat
suhu yang menghangat menyebabkan lautan semakin luas.
Lalu ada juga gelombang badai dari siklon, yang juga membawa hujan lebat.
Beberapa ilmuwan mengatakan badai ini bisa menjadi lebih ganas sering waktu, tetapi ilmuwan lainnya tidak sependapat.
Tom
Mitchell, kepala perubahan iklim di Overseas Development Institute di
Inggris, mengatakan: "Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa dengan
perubahan iklim kita mungkin merasakan kecepatan angin yang lebih kuat
tetapi jumlah siklon tropis secara keseluruhan tidak akan mengalami
perubahan atau bahkan mungkin sedikit menurun. "
Dampak badai
besar akan sangat terasa ketika kota mengikis pertahanan alami mereka
dan warga diizinkan tinggal di tempat yang memiliki risiko tinggi.
Dalam
sebuah laporan tentang cuaca ekstrem pada Maret lalu, Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) milik PBB mencatat bahwa kenaikan 50 cm
di permukaan laut akan membuat Mumbai tidak dapat dihuni lagi.
Menurut
laporan OECD, 1,9 juta orang di Mumbai terkena banjir pesisir pada
2005, angkanya mungkin akan meningkat menjadi 14 juta orang pada 2070.
Kesadaran
akan risiko itu dan tata pemerintahan yang baik merupakan kunci untuk
mengurangi ancaman, kata Ashvin Dayal, kepala Rockefeller Foundation di
Asia, yang mendukung proyek untuk memperkuat pertahanan iklim wilayah
tersebut.
Kota-kota dapat menjaga dataran banjir dan membangun
kembali hutan bakau yang merupakan perisai alami gelombang badai.
Kota-kota dapat memperbaiki perencanaan untuk mencegah badai berbahaya
dan menggunakan model yang lebih baik untuk mengetahui cara menggunakan
lahan.
Dan mereka dapat mempromosikan teknik sederhana tapi
efektif seperti penyemenan lantai rumah, yang berarti air dapat mengalir
keluar setelah banjir tanpa kerusakan pada struktur bangunan.
"Kita
harus bergerak dari situasi solusi yang mungkin gagal dan tidak aman ke
situasi yang mungkin mengalami kegagalan tapi tetap aman," kata Dayal.
"Hal-hal
seperti ini [Badai Sandy] membuat orang terkejut dan benar-benar
membuat mereka waspada. Kami hanya harus memastikan bahwa mereka tidak
akan melupakan kejadian ini."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar